Abrasi Terus Terjadi, Jalan Digenangi Air Laut
Kondisi pantai di kawasan selatan Kabupaten Pandeglang, Banten, semakin parah dan mengkhawatirkan. Dalam dua tahun terakhir, abrasi (pengikisan) pantai sudah mencapai 20 - 30 meter dari garis pantai.
Berdasarkan pantauan Banten Ekspose, abrasi paling parah terjadi di sepanjang pantai Panimbang hingga kawasan wisata Tanjung Lesung. Abrasi telah menyusutkan lebar pantai hingga tinggal beberapa meter saja. Di Desa Panimbang dan Desa Citeurup, penduduk membuat tanggul batu kali atau menempatkan kantung-kantung pasir, guna menghadang gerak maju air laut.
Jarak bibir pantai dengan jalan jalan raya tidak sampai lima meter, sehingga bila pasang tiba, jalan raya tergenang, kendaraan yang sedang melintas di kawasan itu terpaksa berjalan merayap. Untuk mengingatkan pengguna jalan di kawasan itu dipasang beberapa papan peringatan yang bertuliskan,"Hati-hati Jalan Akan Runtuh karena Abrasi".
Sejumlah warga di Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang mengeluhkan hilangnya pohon-pohon kelapa dan sebagian ruas jalan karena tergerus ombak. "Ini sangat mengkhawatirkan, tapi Pemerintah Kabupaten Pandeglang, kok tutup mata terhadap kondisi ini," ucap Torik, warga Panimbang.
Warga di Desa Panimbang juga mengungkapkan, dulu jarak antara tepi laut dan jalan raya sekitar 100 meter. Akibat abrasi, jarak dengan tepi laut hanya tinggal beberapa meter dari jalan raya, sehingga jika laut sedang pasang kendaraan terpaksa harus jalan merayap karena digenangi air.
"Abrasi di sini terjadi dengan cepat, terutama sejak dua tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, di kawasan Panim-bang pohon-pohon kelapa tersapu ombak, bahkan lapangan bola tempat bermain warga terendam hingga menjadi laut," ujar seorang warga Desa Panimbang.
Ancaman abrasi pada jalur pantai selatan wilayah Kabupaten Pandeglang Banten juga terlihat di Pantai Laba, Desa Labuan, Kecamatan Labuan. Tunggul pohon kelapa yang diterjang ombak terlihat berserakan. Tempat yang dulu digunakan untuk lapangan sepak bola, saat ini sudah masuk wilayah pasang-surut dan dimanfaatkan untuk menambatkan kapal-kapal nelayan.
"Penduduk yang tadinya tinggal sekitar 60 meter ke arah laut dari garis pantai sekarang membangun rumah ke arah darat. Karena takut satu saat disapu ombak," ujar Asep warga Labuan.
Menurut warga, abrasi pantai itu terjadi sejak lima tahun terakhir. Mereka mengaku, tidak tahu persis penyebab abrasi, tetapi mereka mencoba menghubungkannya dengan kegiatan penggalian pasir dan pengangkatan karang di kawasan sekitarnya.(Sofyan_Banten Ekspose)
0 komentar:
Posting Komentar