September 12, 2009

HUT Pramuka di Kec. BayahTumbuhkan Kreativitas dan Keterampilan Siswa

Dalam rangka memperingati Hari jadi Pramuka yang ke 48 serta memperingati HUT RI yang ke 64, sejumlah sekolah dari berbagai tingkatan di Kecamatan Bayah melaksanakan kegiatan kemah yang bertempat di Pesisir Pantai Sawarna.

Kegiatan perkemahan ini sendiri diikuti oleh 1066 peserta dari berbagai tingkatan sekolah mulai dari SD/MI,SLTP/MTS dan SMA/MA yang dilaksanakan selama 3 hari mulai dari 12 hingga 14 Agustus.

Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan Madyunus,S,Pd kegiatan perkemahan ini rutin dilaksanakan setiap HUT Pramuka dan HUT RI. Tujuanya sendiri yaitu untuk menumbuhkembangkan serta meningkatkan kreativitas dan keterampilan siswa.

“Selain itu, dalam kegiatan ini kita juga menggembleng para siswa tentang kedisiplinan serta kemandirian, agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama,” kata Madyunus kepada Banten Ekspose.

Masih kata Madyunus, hampir seluruh sekolah dari berbagai tingkatan yang ada di Kecamatan Bayah mengikuti kegiatan perkemahan ini. Dan yang paling banyak pesertanya yaitu dari tingkat SD/MI yakni 820 peserta, sementara untuk SMP/MTs 190 peserta dan SMA/MAN 56 peserta.

“Alhamdullilah, kegiatan perkemahan tahun ini diikuti banyak peserta dengan total keseluruhan 1066 peserta plus 170 orang Pembina,” urai Madyunus.

Selain penggemblengan moral, lanjutnya, kegiatan ini juga diisi dengan berbagai lomba diantaranya, masak rimba, lintas alam, membaca Al-qur’an dan sejumlah lomba lainnya.

Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pendidikan Kecamatan Bayah, Kusnadi mengatakan cukup senang dengan adanya kegiatan tersebut. Ia berharap dengan adanya kegiatan ini bisa lebih mempererat tali silaturahmi serta menjadi ajang untuk meningkatkan kreativitas serta keterampilan siswa.

“Saya sangat mendukung dengan kegiatan tersebut dan saya berharap kedepan kegiatan semacam ini terus ditingkatkan,” kata Kusnadi usai memantau kegiatan. (Yudha)

Read More.. Read more...

Dari Perayaan HUT RI Di Desa Cidikit, Mengenal Seni dan Budaya Buhun Baksel

Minggu (16/8), ribuan masyarakat Desa Cidikit Kecamatan Bayah, tumpah ruah memadati alun-alun Desa Cidikit. Mereka berduyun-duyun untuk menyaksikan acara parade Seni dan Budaya dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-64. Teriknya panas matahari nampaknya tak membuat surut warga untuk setia menyaksikan serangkaian acara yang disuguhkan dari pagi hingga sore hari.

Pada acara itu, berbagai macam seni dan budaya dan lomba mulai dari tarian Sadu Buhun, Tarian Baksa, Kidung Desa, Saweran Hingga Angklung Buhun dipertontonkan. Gelak tawa pun terlihat saat Ibu-ibu dari Puskesmas setempat memperagakan acara simulasi khitanan dengan menggunakan sebuah pisang golek diikat (maaf) diselangkangan salah satu Ibu-ibu. Selain itu, kegiatan tersebut diramaikan pula oleh berbagai lomba.

Menurut Pjs Desa Cidikit Jumha Atmaja, kegiatan ini selain dalam rangka memperingati HUT RI, juga untuk menghibur warga dan mengenalkan Seni Budaya Buhun yang sudah tidak dipertontonkan kepada warga.

“Acara ini juga kami manfaatkan untuk mengangkat kembali Seni Budaya buhun Desa Cidikit yang sudah lama tidak dipertontonkan kepada warga. Dan sebagai ajang untuk mengenalkan kepada masyarakat jika di Desa Cidikit kaya akan Seni dan Budaya,” kata Jumha.

Masih kata Jumha, di Desa Cidikit sendiri memiliki tiga kasepuhan yang ketiganya memiliki perbedaan seni dan budaya.

“Alhamdullilah, dalam acara ini kita mencoba untuk mempersatukan seni dan budaya masing-masing kaolotan,” ujarnya.

Camat Bayah Dedi Lukman Indenpur mengatakan, dirinya sangat merespon positif acara yang diselenggarakan Desa tersebut.

“Saya, yakin seni dan budaya yang dipertontonkan pada parade itu berpotensi besar mendongkrak wisata Wilayah Lebak Selatan,” tandasnya. (Yudha)

Read More.. Read more...

Mutiara Hitam Lebak Selatan, Menuai Uang Mendulang Bencana

Hingga detik ini, batu bara bagi sebagian warga Lebak Selatan seolah menjadi berkah tersendiri. Maraknya penggalian yang dilakukan di lahan milik warga maupun lahan miliknya perum Perhutani, yang diduga tak dibarengi analisis dampak lingkungan itu, bukan mustahil mengundang bahaya. Bagaimana sikap kita?


Bila cuaca tidak hujan, dengan gampang kita bisa menyaksikan sejumlah truk naik turun pebukitan, bermuatan ‘butiran mutiara hitam’ hasil galian pekerja tambang rakyat. Bahkan kini, untuk memudahkan operasional sudah ada yang memakai alat keruk segala. Suasana seperti ini bisa kita saksikan di Kecamatan Cihara, Panggarangan, Bayah dan Cilograng. Semuanya masuk dalam kawasan Kabupaten Lebak.

Penambangan batubara yang dilakukan masyarakat memang berlangsung secara alami. Mereka banyak membuat lobang tikus, menghunjam ke bawah dan tidak jarang membuat jalur-jalur bawah tanah yang rawan dengan ancaman kematian. Apalagi dari sisi keamanan, mereka cuma bermodalkan nekad saja. Kegiatan ini suda berlangsung lama, jauh sebelum Banten menjadi Provinsi.

Sepuluh tahun ke belakang, yang berusaha di pertambangan batubara Lebak Selatan ini, hanya digarap oleh segelintir orang saja. Tidak seperti saat ini, mulai marak dan cenderung membabi buta, karena sudah tidak melihat persoalan kelestarian lingkungan. Bahkan tidak jarang, penggalian batubara di lakukan di lahan-lahan kehutanan milik negara. Ironisnya, ada juga yang membuat stock file di kawasan miliknya Perum Perhutani. Dan nyatanya, aman-aman saja.

Menggeliatnya permintaan batu bara, mendorong beberapa pengusaha terjun ke wilayah ini. Mereka yang bermodal besar membuat lokasi-lokasi stock file, di luar stock file yang sudah lebih dulu ada di wilayah Kota Cilegon dan Serang. Tingkat persaingan diantara pengusaha pun semakin nyata. Bahkan menurut Rifa’i seorang warga Desa Pagelaran Malingping, cenderung mengarah kepada persaingan yang tidak sehat. Ketatnya persaingan mendorong beberapa pengusaha cenderung mengabaikan segala kententuan yang ada. Yang penting, bagaimana mereka mendapatkan batu bara dengan mudah.

Perizinan
Saling ‘bajak’ buruh lobang, sudah menjadi hal biasa. Begitu juga dengan persoalan izin pertambangan. Bagi pengusaha yang berbentuk badan usaha seperti badan hukum PT atau CV, umumnya sudah memiliki perijinan lokasi dari Pemkab Lebak. Sementara yang bersifat perorangan banyak yang tidak memperdulikan. Akibatnya, pernah membuat berang Pemerintah Kabupaten Lebak, dengan mengeluarkan perintah penghentian aktivitas penambangan, karena tidak memilik ijin penambangan.

Tak lama kemudian banyak yang sudah mengurus perijinan, yang berbentuk Surat Ijin Pertambangan Rakyat (SIPR), walaupun banyak yang mengaku harganya sangat tinggi. Dalam SIPR, rata-rata lokasi penambangan batubara adalah milik sendiri. Namun, dalam penelusuran Banten Ekspose, tidak jarang mereka melakukan penggalian batubara diluar yang disebutkan dalam SIPR, dan tetap aman-aman saja. Artinya, SIPR hanya untuk melegalkan aktivitas saja. Persoalan lokasi tentunya menjadi urusan lain.

Salah seorang pengusaha. Mulya (nama samaran), pernah bercerita kepada Banten Ekspose. Ia sempat dibuat sempit ruang gerak penggalian, karena ada penertiban dari Pemkab Lebak. Namun, sebagai orang yang bertujuan menghasilkan laba, ia melakukan cara lain. Walaupun belum mengantongi SIPR, tetap bisa berusaha dengan menggunakan SIPR kawannya yang sudah mengurus perijinan.

“Ngurus ijin mah nomor buntut. Nu penting bisa ngalobang. Lagian ongkosnya lumayan mahal, belasan juta,” ujarnya.

Berkait dengan perijinan SIPR dalam penelusuran Banten Ekspose tidak semahal yang disebutkan kalangan penambangan rakyat di Lebak Selatan, yang mencapai angka belasan juta. Yang membuat maha, mereka rata-rata menggunakan jasa seseorang, tidak langsung mengurus sendiri.

Berkait dengan lokasi penambangan, sumber Banten Ekspose di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, memang banyak yang menyayangkan. Namun, mereka umumnya mengakui itu bukan kewenangan mereka, karena lahannya milik pengelolaan Perum Perhutani. Begitu juga dengan sumber di Dinas Pertambangan Kabupaten Lebak, mereka tidak bisa berbuat banyak.

Informasi terkahir, konon Pemkab Lebak sudah melakukan koordinasi dengan beberapa pihak, berkait dengan potensi batubara di wilayahnya. Bahkan, dikabarkan ada rencana bakal dikelola oleh sebuah perusahaan daerah milknya Pemkab Lebak.

Lobang Tikus
Bagaimana kuli-kuli lobang itu mendapatkan batubara? Berawal dari sebuah perkiraan, umumnya para penggali lobang langsung membuat lobang. Bila dalam kedalaman tertentu, mereka tidak menemukan tanda-tanda adanya batubara, mereka pindah lagi. Celakanya, sisa-sia galian tidak ditutup kembali dan dibiarkan terbuka. Banyak yang sudah tertutup kembali oleh rimbunnya rerumputan. Karuan saja, sangat berbahaya karena bisa membuat hewan atau orang yang tidak tahu terperosok, apalagi sisa-sisa galian kebanyakan cukup dalam.

“Tidak jarang kami harus terus menggali ke bawah. Kalau tidak ada, ya pindah lagi,” ujar salah seorang penggali lobang di Kecamatan Cihara.

Bila berhasil, mereka terus melaksanakan kegiatan pengangkatan, walaupun dengan peralatan yang sangat sederhana.

Di kedalaman tertentu, para pelobang ini sudah akrab dengan lorong-lorong mirip lobang tikus. Untuk menahan lorong, mereka cukup menggunakan papan dan bambu seadanya. Begitupun dengan cadangan udara, mereka ada yang menggunakan blower.

Sebuah upaya nekad memang. Namun bagi kalangan penggali lobang, semua itu dilakukan demi memburu beberapa lembar rupiah saja. Kondisi yang berbeda yang dialami oleh para juragannya. Soal keamanan, mereka menyerahkan pada ketentuan Yang Kuasa.

“Darimana kami mendapatkan uang, kalau bukan menggali lobang,” ujar salah seorang pelobang yang keberatan disebutkan namanya.

Pola penambangan batubara dengan peralatan yang seadanya itu ternyata, banyak juga menyimpan cerita duka. Walaupun masih sedikit yang sampai mati, namun banyak yang sudah mengalami reruntuhan lorong tikus. Berbahaya memang, namun karena motivasinya memenuhi kebutuhan hidup, aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan menjadi terabaikan.

Cadangan Batubara
Menyoal batu bara di Banten, Kabupaten Lebak memang gudangnya. Sebuah sumber Banten Ekspose menyebutkan bahwa potensi sumber daya batu bara di Banten sekitar 13,3 juta ton, dalam bentuk sumber daya tersebar di Kabupaten Lebak, wilayah Banten bagian selatan. Secara umum Bayah memiliki cadangan pertambangan berkapasitas 10.975.000 ton. Class Sub Bituminous Coal dengan hasil analisa nilai kalori berkisar 4500 s/d 5800 cal/gr (adb) terdapat di Kec. Bojongmanik, Leuwidamar, Muncang, Sajira dan Cipanas. Sedangkan Class Bituminus – Semiantrasit dengan hasil analisa nilai kalori berkisar antara 5500 s/d 7000 cal/gram tersebar di Kec. Bayah, Panggarangan, Cihara dan Cilograng.

Pemprov Banten sediri dalam situs http://www. banten.go.id, menyatakan bahwa secara umum di Bayah memiliki cadangan pertambangan berkapasitas 10,975,000 ton. Cadangan ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Selama ini penggunaan hanya sebatas penjualan bahan mentah ke konsumen. Karena sempitnya ruang penjualan tersebut sehingga mengakibatkan kesulitan dalam pemasarannya.

Berkait dengan persoalan batu bara kawasan Lebak Selatan seolah mewakili perkembangan geologi daerah Banten dan sekitarnya. Dalam tulisan Purawiardi, 2006 disebutkan endapan batu bara ditemukan pada formasi Bayah. Endapan batu bara di daerah Banten terbagi menjadi dua bagian yaitu batu bara yang berumur paleogen dan batu bara yang berumur neogen. Batu bara berumur paleogen bernilai kalor 6500 – 7500 kkal/kg, tersebar di daerah Bayah, Gunung Madur, Cisawarna, Cihideung, Cimandiri, Cisiih, dan Cikadu. Batu bara neogen bernilai kalor sekitar 4600 – 5000 kkal/kg, tersebar di daerah Bojongmanik, Bambakarang, Cipanas, dan sekitarnya.

Studi tentang kualitas batu bara sendiri berdasarkan analisa petrografi yang terkait dengan variasinya, telah dilakukan juga di lapangan batu bara Banten. Untuk batu bara paleogen, dilakukan di Bayah, Cimandiri dan Cihideung, sedangkan batu bara neogen dilakukan di Bojongmanik. Contoh batu bara yang diambil berjumlah 28 buah. Berdasarkan penelitian, ada dua faktor yang berperan terhadap kualitas batu bara tersebut, yakni efek panas (intrusi) dan efek umur. Pada batu bara yang terpengaruh intrusi, exinite umumnya tidak dapat dibedakan dengan vitrinite. Sehingga batu bara tersebut terlihat berisi kandungan vitrinite yang melimpah. Pada batu bara yang tidak tersentuh oleh intrusi, batu bara mengandung vitrinite yang relatif sedikit dan maceral exinitenya sangat umum terlihat.

Pertambangan batu bara di Bayah yang selama ini sudah dilakukan adalah pertambangan rakyat dengan metode under ground mining. Telah banyak analisa yang dilakukan untuk kepentingan perdagangan guna mengetahui kualitas batu bara tersebut.

Menurut Sekretaris Jendral PII Arudji Phudri pernah menyatakan bahwa energi batubara di Banten belum dikelola dengan baik. Padahal bahan bakar alam ini lebih murah dibanding minyak bumi dan tersedia melimpah di Banten selatan.

“Segala usaha harus diarahkan ke pemanfaatan batubara, baik untuk pembangkit tenaga listrik maupun untuk kebutuhan transportasi maupun keperluan rumah tangga. Wilayah Banten selatan mempunyai kandungan batubara muda yang cukup besar,” ujarnya.

Menurutnya, cadangan minyak (crude oil) Indonesia hanya tersisa 0,6 persen dari cadangan minyak dunia. Mulai sekarang sudah saatnya batubara bisa menggantikan bahan bakar minyak (BBM). Sehingga, selain harus mengoptimalkan sumber energi batubara, pemerintah dan masyarakat juga harus mengoptimalkan sumber energi gas dan panas bumi.

Memang benar, batu bara bisa menjadi sumber energi yang bisa dimanfaatkan jutaan manusia. Namun, ketika semuanya mengabaikan keselamatan penambang dan cenderung mengabaikan aspek lingkungan, akankah semuanya tetap diam. Atau, jangan-jangan Pemerintah Daerah pun hanya mementingkan tambahan PAD saja?

Faktanya, batubara memang membuat sejumlah orang menuai uang. Namun, fakta pula yang berbicara. Kelestarian lingkungan pun terancam. Akankah kita juga mendulang bencana...? (S.Age)
.

Read More.. Read more...

suara anda:

ShoutMix chat widget

Pengunjung Ke:

Pengikut

Lorem Ipsum


  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP