30 Persen Irigasi di Banten Rusak
Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten bersama Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman (SDAP) Provinsi Banten harus bekerja ekstra untuk menginventarisir irigasi-irigasi yang memerlukan penanganan dalam rangka mendukung tercapainya target peningkatan produksi beras. Karena sampai saat ini, masih terdapat sekitar 30 persen saluran irigasi yang kondisinya rusak.
Hal itu disampaikan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dalam kegiatan Panen Raya Demplot Area Padi Sawah pada Program Pemulihan Kesuburan Lahan Sawah Berkelanjutan Musim Tanam 2010-2011 di Desa Kadubeji Kecamatan Pontang Kabupaten Serang. “Dari seluruh irigasi yang terdapat di Banten, 71 persen dalam kondisi baik. 14 persen rusak ringan dan 14 persen lainnya rusak berat,” ungkap Atut.
Hasil inventarisir, kata Atut, akan memudahkan membagi tanggung jawab perbaikan irigasi. Karena tidak semua irigasi merupakan tanggung jawab pihak Pemprov Banten.
“Ada juga yang menjadi wewenang pihak kabupaten/kota mapun pemerintah pusat. Tetapi bagi irigasi yang bukan menjadi wewenang pemprov, akan kami bantu fasilitasi sehingga perbaikan bias segera dilakukan,” kata Atut.
Peningkatan kondisi infrastruktur pertanian seperti irigasi, kata Atut, merupakan salah satu strategi Pemprov Banten untuk mengejar target peningkatan hasil pertanian di wilayahnya. Hal ini dilakukan untuk menjadikan Provinsi Banten sebagai wilayah agraris yang mampu meningkatkan swasembada pangan sekaligus menjadi pemberi contributor penting bagi sektor pertanian nasional. Atut optimis, melalui kerja keras dan pemanfaatan teknologi pertanian, target itu bisa terlewati.
“Tahun 2010, Banten berhasil mencapai hasil produksi beras hingga 2,48 juta ton dan member kontribusi sebesar 3,6 persen terhadap produksi beras nasional. Tahun ini kami targetkan minimal ada peningkatan produksi hingga 5 persen,” kata Atut, kemarin.
Bila mengacu pada target itu, kata Atut, target produksi pertanian di Banten mencapai 2,89 juta ton. Jumlah itu akan membuat surplus beras pun semakin meningkat, karena pada tahun sebelumnya surplus beras Banten mencapai 87 ribu ton.
Strategi yang digunakan lembaga terkait untuk peningkatan produksi beras, kata Atut, adalah dengan penerapan teknologi pertanian yang aplikatif, seperti penanaman padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI) serta penerapan agroekoteknologi dan teknologi produksi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Untuk itu, pihak Pemprov juga bekerjasama dengan sejumlah perusahaan pupuk maupun benih untuk mendukung program itu.
“Keuntungan dengan dua metode itu adalah selain menghasilkan peningkatan produksi padi, proses yang dilakukan juga tidak merusak lingkungan karena menggunakan bahan-bahan yang alami,” kata Atut. (M994)
0 komentar:
Posting Komentar