Petani Korban Banjir Dibantu Permodalan Pemerintah
Pemerintah menyediakan berbagai kredit modal usaha yang bisa diakses petani khususnya bagi mereka yang lahannya terkena bencana banjir.
Hal itu dinyatakan Menteri Pertanian Suswono ketika meninjau persawahan yang terkena bencana banjir di Kecamatan Teluk Jambe, Karawang Jawa Barat. "Kita sudah mempersiapkan skim kredit yang bisa dimanfaatkan petani untuk menekan kerugian akibat banjir ini," katanya.
Menurut dia, beberapa skim kredit tersebut yakni Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) yang mana pemerintah telah memberikan bantuan subsidi bunga sehingga nantinya petani hanya menanggung bunga pinjaman 6 persen.
Selain itu, lanjutnya, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mana jika petani mengambil pinjaman sampai dengan Rp5 juta maka dikenakan agunan senilai 22 persen dari dana yang dipinjam.
Sedangkan jika nilai pinjaman di atas RP5 juta maka agunannya sebesar 30 persen dari dana pinjaman, lanjutnya, bunga kredit tersebut yakni senilai 14 persen.
Skim permodalan lainnya yang bisa dimanfaatkan petani, menurut Suswono yakni dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang mana pemerintah telah mengalokasikan anggaran senilai Rp100 juta per desa.
"Dana PAUP tersebut, bisa diakses kelompok tani ataupun gabungan kelompok tani (gapoktan)," katanya.
Pada kesempatan itu Suswono menyatakan, pihaknya telah bertemu dengan Dirut BRI dan mendapat jaminan bahwa bank tersebut siap membantu petani dalam mengakses permodalan usaha.
Sementera itu data Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menyebutkan, hingga 26 Maret 2009 luas areal persawahan di Kabupaten Karawang yang terkena banjir akibat meluapnya Sungai Citarum pertengahan bulan lalu mencapai 961 hektar (ha).
Banjir menggenangi tujuh kecamatan yakni Kecamatan Pakisjaya seluas 342 ha, Batujaya 32 ha, Telukjambe 192 ha, Ciampel 121 ha, Klari 5 ha, Karawang Barat 9 ha dan Telukjambe Timur 260 ha.
Umur tanaman padi yang terkena banjir bervariasi antara 1-100 hari setelah tanam serta varietas umumnya Ciherang.
Pertanaman yang terkena banjir telah tergenang sejak 20 Maret 2010 dan hingga saat ini atau hari ke 11 air masih menggenani tanaman padi di kawasan tersebut.
Sudarno, salah seorang petani desa Sukarharja mengatakan, banjir kali akibat meluapnya sungai Citarum kali ini merupakan yang terbesar selama tiga tahun terakhir.
"Sejak 1970 belum pernah ada banjir namun sudah tiga tahun berturut-turut selalu terjadi banjir hingga menggenangi tanaman padi," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar