Dishutbun Lebak Kembangkan Usaha Produksi Non Kayu
Dalam rangka mengantisipasi dampak krisis global dan saat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) menimbulkan banyak pengangguran baru, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lebak, melakukan kegiatan Pengembangan Produksi non Kayu (Jamur –red) yang menjadikan tumbuhan hutan yang biasanya dianggap tak berharga, menjadi sebuah komoditas dengan nilai ekonomis tinggi. Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, H. Aan Kusdinar saat ditemui Banten Ekspsoe dikantornya (4/8).
Dikatakannya, APBD Lebak tahun 2009 mengaloasikan dana sebesar Rp. 50 juta untuk kegiatan tersebut yang lokasinya di Desa Pasarkeong Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak. Diharapkan pada kegiatan tersebut, selain dalam upaya Pemkab Lebak menekan angka pengangguran, juga dapat menjadikan sarana pemenuhan ekonomi keluarga dan terpenuhinya gizi keluarga secara mudah dan murah.
“Pengembangan usaha produksi non kayu atau jamur ini dalam pelaksanaannya sangat efektif dan efisien, karena sangat mudah dilakukan baik perawatan maupun pemiliharaanya,” kata H. Aan. Apabila kegiatan tersebut, lanjut H. Aan, dapat berjalan dengan baik dan sukses, maka pihaknya akan mengadakan daerah sentra jamur
Sementara itu secara terpisah, Pembina pada kelompok Tani Maju Bersama, Adnan mengatakan, pengembangan usaha produksi non kayu ini (jamur) sangat diharapkan oleh kelompok tani binaannya, karena diwilayahnya masih banyak orang yang masih menganggur. Dengan adanya kegiatan tersebut dapat mengurangi pengangguran. Dipilihnya usaha tersebut, kata Adnan, karena menurutnya, tumbuhan jamur tiram sebelumnya memang kurang begitu diminati masyarakat, bahkan cenderung dipandang sebagai komoditas yang tidak bernilai sama sekali.
“Memang komoditi ini, hanya dipandang sebelah mata. Karena selain hanya tumbuh di hutan tepatnya pada pohon kayu, tumbuhan jamur ini juga dipandang tak “memiliki nilai giji maupun ekonomi,” jelasnya.
Maraknya permintaan mengkonsumsi jamur tiram dari masyarakat dengan selalu habisnya penjualan jamur kepada masyarakat sekitar. Ini membuktikan usaha jamur memiliki prospek usaha yang cerah yang mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan ekonomi para anggota kelompok tani binaannya.
“Saat ini kami memiliki sebanyak 8.000 Baglog jamur, sehari menghasilkan 10 hingga 30 kilogram jamur dan itu selalu habis terjual kepada masyarakat yang berada di daerah sekitar,” kata Adnan pada Banten Ekspsose dikediamannya.
Pihaknya akan mengusahakan dari 8.000 Baglog menjadi 10.000 Baglog agar dapat menghasilkan rata-rata 50 kilogram sehari. Saat ini harga jual jamur tiram mencapai Rp. 8.000,- hingga Rp. 9.000,- perkilogramnya. (Sudrajat_banten ekspose)
0 komentar:
Posting Komentar